welcome vigorously

I take some time to think, write and arrange all these with spirit and dedicate to you whose spirit!

You are looking for...

30.4.11

Marry me


Kau pasti kaget saat ku katakan tentang pernikahan. Ah, jelek. Umurku masih hijau dan terlalu berani mengatakan hal itu. Apalagi bicara soal modal. Bahkan modal nyali pun aku belum punya. Mau makan cinta saja (katanya) tak kenyang. Lalu kenapa aku membicarakannya, ya? Akan ku ceritakan kepadamu bahwa kadang aku terlalu takut. Bukan. Aku bukan penakut, tapi hanya sedikit takut. Takut jika kita nanti tidak... berjodoh.

Hei, siapa suruh ke-PD-an begitu. Kau pasti mengira aku ingin sekali (atau cinta sekali) ingin berjodoh denganmu, kan? Sekali lagi bukan. Aku sebenarnya tidak benar-benar mencintaimu. Tapi aku benar-benar mencintai diriku sendiri yang ku lihat ada di dirimu. Kau bisa katakan ini dengan cinta pada suatu persepsi yang bergantung pada kita sendiri. Cinta yang semata-mata tidak bergantung pada apa yang kita cintai. Seseorang  pernah bilang, ketika mencintai seseorang, cinta yang sebenarnya bukan terletak pada orang itu. Tapi terletak pada kita sendiri. Maksudku di sini, ketika kau melakukan hal-hal yang membuatku sakit hati misalnya. Aku akan tetap mencintaimu (walaupun tentunya dengan sedikit marah dan kesal). Karena cintaku terletak di hatiku, dariku dan untukku yang ada di dirimu.

Kemarin aku mendengar cerita dari salah seorang seniorku. Ia menikah di usia yang terlalu matang. Tentu saja matang dalam banyak hal. Apakah ia bahagia dengan pernikahan yang -agak-sedikit- terlambat dibanding usia orang-orang menikah lainnya? tentu saja iya. Ia bahagia, walaupun dengan kebahagiaan yang terlambat, katanya. Ia sering mengatakan, kalau saja dulu menikah lebih cepat, mungkin anaknya sudah besar seusiaku sekarang. Lha, apalagi ini. Aku memikirkan bahwa menikah di usia yang terlalu matang itu menyenangkan. Tapi faktanya mereka yang menikah di usia itu (katanya) memiliki kebahagiaan yang terlambat.

Ada juga temanku, menikah muda. Ia mengaku sangat bahagia. Juga bersyukur dengan kebahagiaan yang datang dengan cepat. Ah, apakah menikah itu bahagia? Bagiku ini bukan soal bahagia yang terlambat atau terlalu cepat. Ini soal, menikah itu bahagia.

Kenapa?
Menikah itu bahagia karena kita tidak perlu lagi takut kalau kalau kita tak berjodoh. Dalam buku 'The Magical of Big Thinking', aku membaca bahwa ketika kita ragu akan sesuatu, kita lakukan saja keraguan itu sekalian. Maka ragu akan segera hilang. Yah, mungkin saja dengan menikah, aku tak perlu ragu lagi kau ini jodohku atau bukan.

Menikah itu bahagia karena walaupun-katanya kita akan menghadapi seribu kali masalah rumah tangga, kita tidak menghadapi sendiri. Aku mungkin tidak perlu lagi ragu bercerita tentang sesuatu. Ah, masih terlalu banyak yang ingin aku ceritakan tapi aku terlalu tertutup. Bukan aku tak percayaa padamu, tapi kau dan aku punya batas yang tidak bisa (dan tidak boleh) kita langgar.

Menikah itu memang bahagia.
Kalau kita sudah merasa mampu.
Dan kita akan menghargai kebahagiaan dengan menebusnya lewat ketidakbahagiaan yang membahagiakan.

Decision to marry isn't about time, it's about readiness.
So please say you'll marry me. Of course, not now. In the right time... someday.
 

23.4.11

A Lesson in Lose


Well, hidup ini kadang emang unpredictable banget. Banyak kejadian yang di luar tebakan. Of course, we'll in good mood or happy when get something that we want to have. Tapiii, kenyataan nggak gitu juga. Emang sih, kita seneng kalo bisa ngedapetin apa yang kita mau. Tapi apa iya kalo hidup berasa begitu mudah itu menyenangkan? Kalo mau dipikir, rasa seneng itu bisa 'ada' karena ada 'rasa' lain yang disebut dengan KEHILANGAN. Kita semua mungkin pernah merasa kehilangan. Dont ask about the pain. Sakit banget. Apalagi kalo kehilangan itu gara-gara keteledoran kita -yang sering buat kita mikir, "cobaaaa aja kemaren aku gak gini" atau kata-kata penyesalan lain whatever you name it-
Aku pernah ngerasa sedikit kesel waktu ngilangin hal-hal kecil kayak uang yang nyelip, majalah yang baru dibeli (dan belum sempet dibaca) udah hilang, atau hal remeh lain yang sering juga bikin "gondok" seperti kehilangan data-data penting gara-gara virus. Terlihat sepele emang. Pernah juga rada kesel waktu kejambretan tas yang isinya netbook, kamera dan dompet plus dua kali kehilangan handphone. What a careless i am. Belum lagi ditambah fakta bahwa nggak semua orang di sekitar aku bisa ngasih masukan kata-kata positif atas kehilangan itu.

Pada masa-masa kehilangan, mungkin kita pernah denger bahwa ada orang yang punya six sense dan bisa ngebantu kita nemuin barang-barang kita yang ilang. Semacam dukun atau apaa gitu. But, sorry. Walopun orang-orang bilang ritual pergi ke orang 'pinter' itu semacam usaha. Tapi bagi aku nggak ada hal yang lebih ajaib kecuali kalo kita believe in God. Aku percaya bahwa setiap kehilangan adalah pelajaran dan cara lain dari Tuhan agar kita merasa bahagia. Ikhlas dan mengambil hikmah itu juga salah satu bentuk usaha lho. Fortunately, i get my stuff again when i believe that i can get -even though in different form-.

So human kalo setiap hari atau pada hari-hari tertentu kita akan merasa kehilangan. Perasaan semacam ini bisa jadi penetralisir dari betapa indahnya hidup kita. The world needs balance! Tentu aja kita bisa memilih untuk menjadi dewasa dengan mengambil pelajaran setelahnya atau mau terus jadi pengeluh dan being self-blame without adult thinking. Overall, i am exercising my ability to make hard things sound simple at the same time. Kalo kata quote-nya Steven Wright sih "my roommate got a pet elephant. Then it got lost. It's in the apartment somewhere". Trust me, ada sesuatu yang lebih baik jika kita kehilangan sesuatu -yang menurut kita- sudah baik.

21.4.11

Kau Bukan Tipeku


kau bukan tipe idealku
karena kau tidak terlalu obsesif agar aku mencintaimu
kau lebih ingin agar aku mampu mencintai diriku sendiri dulu

kau bukan tipe idealku
karena kau terlalu ganteng
walaupun sering kau ku panggil dengan antonimnya -jelek-
katanya kalau orang ganteng itu tidak setia (lho?)

kau bukan tipe idealku
karena tubuhmu terlalu tinggi -setidaknya menurut ukuranku-
sehingga aku harus mempertimbangkan high heels saat membeli sepatu
sedikit lebih mahal, tahu?

kau memang bukan tipe idealku
kulitmu terlalu gelap dan seksi
katanya lelaki seperti itu terlihat lebih macho
apa iya? tidak juga menurtku

lagi-lagi kau bukan tipe idealku
kau tidak terlalu banyak menuntut waktuku
katanya itu berarti kau tak rindu

katanya
memang cuma 'katanya'

satu lagi yang membuat kau bukan tipe idealku
kau punya pengetahuan yang terlalu banyak
sehingga kadang aku terlalu gengsi untuk mengakuinya

does loving have to have reasons?
you are not my type
but likely
in this way, i love you
inside and out

Aku justru mencintaimu dalam ketidak-tipean itu.

20.4.11

Scholarships From Allah




No wonder, sometime people judge someone by the cover. Yup, walopun banyak yang menegaskan prinsip jangan menghakimi seseorang dari tampilan luarnya aja, tapi kita nggak bisa menutup diri dari status kita sebagai makhluk visual. Makanya kita sering banget melihat dan mengambil kesimpulan dari apa yang kita lihat aja.

Salah satu yang orang judge dari kehidupan saya adalah tentang akses pendidikan. Hmm, kalo aja mereka mau observe kehidupan saya lebih jauh, mungkin bakal keliatan juga wajah 'susah' ini. Saya tinggal di rumah yang sangat biasa, hidup dari pekerjaan orang tua yang juga biasa dan tentunya dengan bawaan gen kapasitas otak yang biasa. Riset kecil-kecilan saya mengatakan bahwa orang-orang yang status sosialnya bisa dikatakan 'seukuran' dengan saya bisa melanjutkan pendidikan sampai ke tingkat SMA aja. Its serious fact!

By contrast, kalo saya tidak mengurus beasiswa ini, mungkin saya juga nggak bisa ngelanjutin pendidikan sampe sarjana, apalagi bisa langsung berproses ke pascasarjana kayak sekarang. Beasiswa apa itu? Beasiswa yang saya dapatkan dari Allah. Of course, without agent, tax or discount!
Ngurusnya gampang:

1.Doa
2.Usaha
3.Percaya

Di luar sana, begitu banyak orang yang baru-mau-akan melanjutkan pendidikannya dengan program beeasiswa dari beberapa perantara. Tanpa kita sadar bahwa pemberi beasiswa sesuangguhnya adalah Dia, yang maha pemberi.

Semua dimulai dari keinginan yang kuat saya sewaktu SMA. Walopun saya tidak mendapatkan kesempatan kuliah di luar kota, tapi saya sangat bersyukur mendapatkan beasiswa dari-Nya di kota ini. Saya awali mengurus beasiswa itu dengan doa, dilanjutkan dengan usaha, kemudian saya percaya saya akan diberikan yang terbaik! Allah kemudian memberikan saya beasiswa melalui pertimbangan angka IPK pada semester ke-tiga. Bisa dikatakan, empat tahun di program sarjana memang tidak cuma-cuma. Tetap ada harga yang harus dibayar. Tapi manusia kadang sering mengeluh dengan 'mahal'nya suatu harga tanpa mempertimbangkan bahwa semua yang akan membayar 'harga' itu BUKAN kita, tapi Allah. Uang yang ada di dompet kita atau di rekening itu punya-Nya, kan? Lalu, kenapa masih ada yang tidak mau bernegoisasi dengan-Nya secara langsung? Meminta beasiswa dariNya dengan penuh kerendahan bahwa kita membutuhkanNya.

Berlanjut ke program pascasarjana, saya kembali mengurus beasiswa. So far, sepertinya beasiswa kali ini tanpa lembaga yang akan menyeleksi, tanpa berbentuk warisan dadakan atau apapun. Beasiswa itu langsung Allah sisipkan dari rezeki yang juga ia beri pada saya. Saya menggunakan diksi 'sisipan' karena menurut saya tidak banyak seorang yang baru wisuda dan baru tiga bulan menjadi guru telah melanjutkan S2 kalau bukan karena bantuan penghasilan dari orang tua atau keluarga lainnya. Sementara saya? Sekali lagi saya katakan, orang-orang yang pekerjaan orang tuanya seperti saya atau dengan posisi pekerjaan yang sama seperti saya, mungkin akan berhenti melanjutkan pendidikan sampai SMA jika tidak mau mengurus beasiswa dari Allah.

Tidak ada yang tidak mungkin. Uang-uang itu tidak akan kita duga-duga darimana datangnya jika kita mau merendah diri, berusaha kuat serta berbaik sangka bahwa kita percaya Ia akan memberikan yang terbaik -tentunya selama beasiswa yang kita harapkan itu adalah untuk kebaikan juga-. Saya tidak bermaksud mengatakan bahwa beasiswa dari perantara boleh diabaikan. Tentu saja tidak! Beasiswa dari beberapa perantara harus kita urus juga dong, sebagai salah satu bentuk usaha. Tapi yang ingin saya tekankan adalah, jangan merasa kalah jika telah mengurus beasiswa dari beberapa perantara itu tadi, namun belum goal alias belum lulus juga. Itu cuma masalah waktu. Tetaplah mengurus beasiswa dengan doa, usaha dan percaya! Beasiswa dari Allah mempunyai banyak jalan yang bisa datang dari mana saja. No limit!

Saya melihat banyak sekali dari mereka yang tidak mau lagi melanjutkan pendidikan atau memperdalam ilmu hanya karena beberapa alasan yang pada hakikatnya bersumber pada penyelesaian yang bisa Allah lakukan. Kalo saya tidak salah ingat ceramah yang pernah saya simak mengatakan, "orang yang mati dalam keadaan belajar atau menuntut ilmu itu sama dengan mati dalam keadaan syahid". Dosen saya pun  pernah mengatakan bahwa "orang yang berilmu pengetahuan dan saleh lebih baik dari orang yang saleh saja". Saya juga pernah membaca, Rasulullah bersabda, "Satu orang yang berilmu lebih baik ketimbang seribu orang yang ahli ibadah..". Well, kalo ada orang yang berilmu dan juga ahli ibadah, semua orang mungkin akan bilang, "What a complete package!" 


All you have to do is believe with scholarships from Allah!

Delicious List



1. Kurma
2. Madu
3. Soyjoy
4. Yogurt
5. Kue Sus
6. Keju
7. Ayam guringgg

I can forget my trouble a moment when im on list above. Yes, im flying higher!
Love and yummiee!

19.4.11

Pink Ranger needs votes

Hi..
How's life? Semoga tetap dalam kebaikan. Anyway, saya lagi butuh dukungan untuk menjadi Kartini Muda nih di event We Love Honda. Here's my story and wish me luck!


PINK RANGER!

Beberapa tahun belakangan ini aku mulai mendeklarasikan diri sebagai seorang pink ranger. Pink adalah warna yang melambangkan kasih sayang. Sementara ranger dianalogikan sebagai orang yang kuat. Yup, hidup kita -tanpa kita sadari- dipenuhi dengan monster. Siapa monster itu? Tentu saja banyak! Bukan hanya datang dari orang-orang yang kita yakini membawa pengaruh tidak baik, kata-kata negatif, orang-orang yang meragukan kita atau bahkan suara sumbang dari dalam diri kita sendiri. Untuk itulah aku mencoba mengabaikan itu semua. Mungkin kita pernah mendengar kisah tiga ekor katak yang berjalan menuju puncak menara. Tiga ekor katak terus melompat-lompat kegirangan menuju puncak. Tapi diperjalanan, para suporter katak mulai bersuara dengan nada meragukan bahwa seekor katak tak akan bisa mencapai menara. Dua ekor katak berguguran. Hanya ada satu ekor katak yang bisa sampai di menara. Tahu kenapa? Karena si katak yang telah sampai di menara itu tuli! Ya, katak yang tidak sampai tadi dipengaruhi oleh suara-suara yang meragukannya dan membuat keraguan itu benar-benar terjadi. Tapi dengan tanpa mendengar suara-suara itu, si katak tuli sampai juga di puncak. Sometime, big thing come from a small thing! Walaupun kita belum bisa mengubah sesuatu dalam skala yang besar. Tidak ada salahnya kita mulai mengubah diri kita sendiri. Tentu saja dengan tidak memperdulikan suara monster dan tetap berjuang sebagai ranger yang terus menebar kasih sayang pada sesama.

Apalagi jika umur masih muda. Kata bung Karno sih kurang lebih begini “beri aku 100 orang tua maka akan aku pindahkan ruangan ini, tapi beri aku 10 orang muda saja maka akan aku guncangkan dunia!”. Jika kebaikan kecil kita mulai pada setiap diri kita, maka betapa banyak kebaikan yang akan kita kumpulkan dari orang lain. Mari mengguncangkan dunia dengan suara muda yang positif dan terus menyerap ilmu dari mereka yang tua pengalaman. Aku sedang mencoba membagi ilmu sebagai seorang guru. Menebar informasi dan semangat lewat suara di udara. Membakar manfaat dari kombinasi berpikir sekarang dan zaman dulu lewat tulisan sebagai penulis di rubrik harian lokal. Juga terus memungut serpihan-serpihan ilmu di program pascasarjana. Kartini-kartini sekarang tentu saja bisa menjelajah dan mencoba berguna sana-sini dalam kebaikan bersama honda (aku pilih honda beat pink!). Gimana dengan kamu?

Kindly vote me from this link
Love ya,
Pink Ranger

Rencananya kapan kau akan marah?


Tulisan ini ku buat semenit setelah menutup teleponmu. Diamdiam aku mengambil lappy dan mulai membukanya. Ah, aku benci sekali jika harus sakit. Dilarang membaca, dilarang mengetik dan sepanjang hari hanya seperti makhluk kaku di atas tempat tidur. Aku mulai membayangkan sesuatu dengan pelanpelan menekan tuts lappy. Setidaknya seperti ini lebih baik ketimbang aku harus menurut untuk diperiksa. Aku tidak suka ke puskesmas atau ke dokter. Setelah diopname dua tahun lalu, aku tidak mau lagi bertemu jarum. Bukankah hidup adalah apa yang kita sangkakan kepadanya? Aku merasa akan segera sehat maka aku tahu itulah yang akan terjadi. Lagi pula, rumah sakit itu tempat macam apa? berharihari pernah terkurung di sana aku sama sekali tidak produktif. Dijenguk orangorang membuatku merasa dikasihani. Kau tahu kan, aku tidak suka dikasihani dan sangat independent.

Tapi jangan sampai ada yang tahu bahwa mataku melawan untuk terpejam dan malah memandang kepada screen lappy ini. Tentu saja aku masih sedikit pusing. Tapi itu tak berarti apaapa dibandingkan melukiskan tentangmu. (Berlebihan ya?)

Btw, Kau tahu, jelek? Kamarku berantakan sekali saat menulis ini. Jika saja kau melihatnya, kau pasti akan sangat ilfil. Aku ini seorang gadis yang pemalas (terkadang).  Aku juga sama sekali tidak bisa masak, tidak bisa menjaga kesehatan, tidak suka kucing, dan suka merengek di rumah. Ah, adikku bilang aku tak lebih dari anak TK yang manja. Makanya aku jadi sering tertawa jika beberapa orang gombal iseng mengatakan aku ini mandiri. Ku rasa, itu hanya jurus yang sama sekali tak jitu, -setidaknya menurutku-. Tapi aku tahu pesonaku yang lain masih eksis dibalik itu semua. Buktinya, kau jatuh cinta juga padaku. Ya kan?

Izin interupsi sebentar saja, aku ingin bertanya. "Rencanya kapan kau akan marah?". Kirakira apa yang harus ku lakukan jika kau marah. Apa aku harus diam atau juga ikutikutan marah? Lalu apa jadinya jika kita berdua samasama marah. Kau pasti ingat tebakanku waktu itu tentang "siapa orang yang paling kuat?". Tentu saja orang yang bisa menahan amarahnya. Lalu, apakah kita bisa menjadi bagian dari orangorang yang kuat? Sejujurnya aku malu. Aku malu pernah mengatakan padamu bahwa aku adalah ranger yang kuat. Nyatanya aku kerap tak bisa menahan amarahku.

Pernah suatu kali muridku membuat ulah, aku marah. Tulisanku yang harus disetor ter-delete oleh tangantangan tak sengaja, aku marah. Atau kalau aku merasa kau sudah sedikit tidak perhatian, aku juga marah. Aku tahu, katakataku tentang 'kebosanan' adalah katakata yang menyakitkan untukmu. Kalau saja kau mau mengingat setiap permasalahan dan pertengkaran  kita, semuanya selalu saja berawal dari aku. Aku yang kadang membuat diriku sendiri jadi marah. Aku belum menjadi orang yang kuat.

Lalu, kapan giliranmu untuk marah? Beritahu aku jika kau sudah siap untuk marah ya. Karena sejak pertama kali aku melihatmu, aku tidak melihat kening seorang pemarah di sana. Aku hanya ingin memastikan jika kau bukan malaikat yang tidak bisa marah. Sini, dengar! Aku beritahu ide tentang alasan yang cukup beralasan membuatmu bisa saja marah padaku. Kau ingat ketika kau ingin bertemu aku, lalu ku bilang aku hanya ingin sendiri tanpa alasan yang jelas? Jika hal itu terjadi lagi, kau boleh marah. Atau ketika aku mengatakan lagi tentang 'kebosanan' yang menyakitkan, kau bisa saja marah. Juga halhal lain seperti waktu kita yang terbatas, malam minggu cuma kita habiskan untuk menemaniku di radio, ceritacerita tentang kisah lamaku, teleponmu yang tidak ku angkat atau apalah.
 Jika sudah tiba waktunya kau marah padaku, aku yakin caramu tidak sama seperti marahku. Kau akan marah dengan cara yang elegant, kan? Atau janganjangan selama ini kau pernah marah hanya saja aku tidak menyadarinya? Mungkinkah kau marah dengan tanpa aku tahu kau sedang marah padaku? Entahlah. Tapi yang jelas aku belum pernah merasa kau marah.

Ku ulangi pertanyaanku. Kirakira kapan rencanamu akan marah? Tidak usah bingung. Aku hanya ingin bersiapsiap jika kau marah nanti. Itu tandanya kau bukan malaikat. Mana ada malaikat yang jelek sepertimu kan ;p

18.4.11

Kau bukan bang Toyib (im sure!)


Tentang harihari yang penuh dengan kebaikan, harapku.

Suatu pagi yang rintik. Sedikit kabut menguap basah bersama tetes embun.  Ini  minggu ke empat kau tak pulang, jelek. Mungkin terlalu dangkal jika ku katakan aku merindukanmu. Tapi rasa itu menyelinap dalam baku tata bahasa. 

Jeda
Ya jeda inilah yang kadang membuatku menjadi bosan. Kita adalah dua berkawan yang berdiri di atas kapal yang belum terlalu kuat. Pada kedalaman yang sewaktuwaktu bisa mematikan. Atau mungkin saja kita bisa berhenti saja pada perjalanan yang belum jelas ini? Merakit perahu sendirisendiri lalu mendayung dengan pelan. Tapi bukankah ombak masih akan tetap tinggal di sana. Sebelum sampai, mungkin bisa saja ku temukan kapal lain yang lebih kokoh –atau justru lebih patah- yang membawaku ke sebuah pulau yang indah. Mungkin setiap hari aku bisa berjalan-jalan. Ah, kau jarang sekali membawaku jalanjalan, jelek.  Pernah suatu kali  mereka bilang akan menunggu masa dimana aku berkapal sendiri. Apa aku sering membandingkan? Apa aku sering merasa kalau sebentar lagi kau juga menimbangnimbang? Tentu saja iya.

Maaf.

Jika pernah terlintas dalam roda kapal itu untuk menyakitimu. Sayup suara lamatlamat mengisayaratkan kita untuk mulai belajar menambalkan setiap celah yang datang entah dari mana. “Ingatkan aku”, katamu. Lalu bagaimana jika aku lupa juga. Mungkin kita akan sama saja dengan dua orang lupa yang menggila dan saling berpegangan tangan. Sewaktuwaktu jika celah yang ada membuatnya terbelah. Mungkin aku akan marahmarah. Tapi aku rasa kau terbiasa mengahadapinya. Ya ya ya, aku tahu. Kau tak bisa marah padaku, kan? Aku terlalu manis untuk kau sakiti. Tentu saja aku tahu juga kau bohong saat kau katakan aku gendut. Kau bohong saat menggeleng bahwa aku cantik! Faktanya, kau juga sangat merindukanku saat ini. Mengaku saja.

Surat ini untukmu, orang yang kuyakini jelek sedunia.

Aku ingin bunga! Apa di selasela bukumu yang tebal itu kau tidak pernah membaca dongeng? Aku adalah jelmaan putri merah muda yang datang dari sana. Kemarin di pojok meja kerjaku, ku cium wangi mawar. Ku kira itu engkau. Nyatanya bukan. Tidak. Aku lantas tidak membuangnya. Mawar itu sangat wangi dan kuputuskan untuk menyimpannya. Semoga saja kau akan mengirimkan bunga yang lain sebelum kelopak mawar di sini menguning dan layu satusatu. Aku yakin kau tidak akan menungguku tenggelam dan mati dulu baru akan menaburkan wangi bunga di pusaraku. Hei, ini bukan majas. Cepat belikan aku sesuatu yang menyenangkan. Aku tak peduli ada berapa banyak uang di dompetmu. Aku tak peduli.

Haha.
(mungkin) aku sedang bergurau. Setiamu saja sudah lebih dari bunga. Aku tahu kau mempunyai kesulitan untuk menjadi pangeran romantis. Yah, walaupun kadang aku suka juga saat kau katakan -dan melakukan- sesuatu yang sedikit berlebihan tentang "aku".

Untukmu huruf A ku satusatunya. Cinta tak selamanya menjadi alasan bagi orang biasa seperti kita. Cinta –yang salah dalam pembentukan konsep- juga sesuatu yang jarang sekali absen dalam menuai murka. Mungkin aku akan sering meminta dan memaksa.  Dengan cara itu pula korupsi menjadi dalih lain dan bermetamorfosa sebagai hubungan kausatif di antaranya. Kau tentu saja tahu bahwa dorongan menikmati uang haram seorang pemimpin dalam keluarga bukan datang dari nuraninya. Tapi nuraninurani orang yang ingin dibahagiakannya. Petinggi kita yang telah lengser atau yang masih bertengger punya nurani lain yang secara langsung atau tidak bisa memaksanya menebus kesenangan itu dengan cara yang tidak biasa,  mungkin saja karena jalan yang bisa ditempuh sudah tak mencukupi lagi. Kita memang jarang sekali merasa cukup kalau tidak bersyukur.
Aku tahu, kau tidak akan seperti itu.

Tapi siapa yang jamin kau akan selamanya seperti ini. Tentu saja kau bisa saja seperti itu! Kalau suatu hari entah dimana kau memintaku menjadi istrimu -Kau yang telah mengajariku rasa percaya diri ini-. Lalu bisa saja aku menjadi bagian yang membuatmu jatuh sewaktuwaktu.
Kau yakin? Jika iya aku ini tulang rusuk siapa? Makanya kau jangan yakin kau akan jatuh. Sebaliknya, jelek. Kau akan menjadi orang besar. Kau adalah orang hebat yang akan didampingi orang yang hebat pula. Kau masih punya banyak sekali kesempatan membentukku. Setidaknya, aku terlalu obsesif dan ingin jadi bagian yang mem-baik-kan.

Maka dari itu pulanglah jika ada waktu. Kapalmu mulai diganggu orangorang lewat. Ada yang sekadar iseng, tak sengaja atau bahkan sudah menjadi nawaitu-nya. Aku bisa saja menjadi sangat pemaksa jika kau tak mengajariku lagi. Aku ingin berjama'ah dan melihatmu menghapal doa selamat. Itu bekalmu nanti saat kau ku bawa ke rumah.

Aku juga tahu, jelek.
Kau dengan pesta demokrasi disana merupakan sesuatu yang tak bisa dipisahkan. Teruslah bersosialisasi agar banyak orang yang tak golput. Dulu, aku pernah menjadi bagian yang kontras diantara temantemanku saat aku memilih untuk memilih. Aku tak suka samar, abuabu. Bagiku, setiap pilihan adalah sepaket antara keuntungan dan konsekuensi. Untung di dalam keuntungan dan rugi terselebung dalam konsekuensi. Intinya, rugi bisa saja menjadi tiada kerena pasti ada yang baik diantara yang terbaik. Aku belum menemukan alasan yang tepat bagi mereka yang tak berani dengan pilihan. Bukankah bernafas itu saja sudah pilihan? Mungkin kau bisa menjabarkan fenomena ini padaku suatu kali. By the way, jika kau tidak memilih mengalah maka kau tidak akan kalah pada diskusi kita. Psttt, tentu saja kau harus memilih mengalah sekalisekali ya. Agar aku sedikit senang, begitu.

Suatu hari, jika cinta kita menjadi halal dan dari rahimku malaikatmalaikat kecilmu berasal. Kau harus lebih sering pulang. Karena suaraku terlalu sumbang untuk bernyanyi lagu...  bang Toyib!

Kau bukan bang Toyib.
Sekali lagi, kau adalah huruf A ku satusatunya.

16.4.11

Top 7 satnite activites worth trying for!


If you so far away with your couple or you are -single predicate- in this satnite, no excuse to take it off in boredom. Here are some ideas that very very very worth it to try.

1.Movies marathon (dont forget to buy your popcorn anyway)
2.Read book and your magazine
3.Mix & match your stuff
4.Write an inpirational note or quote in social network
5.Attempt your mom's make up
6.Make lipsync video (who knows you'll be famous like briptu norman and sinjo ;P)
7.Talk on the phone with your random friends and have some laughs!

Just rated by me,
Pink Ranger


GURU: SANG MOTIVATOR DAN MEDIATOR


Opini: Meila R*


            Pendidikan adalah salah satu aspek kehidupan yang penting bagi manusia. Melalui pendidikan, seseorang bisa belajar banyak hal dan mendapatkan pengakuan sosial di masyarakat. Pendidikan juga menjadi salah satu penentu karakter bangsa. Oleh karena itu, baik input maupun output serta proses pendidikan sendiri menjadi suatu kesatuan yang penting untuk diperhatikan. Bahkan sudah selayaknya kesatuan dalam pendidikan tersebut terus dibenahi oleh pihak-pihak terkait agar pendidikan semakin mengikuti perkembangangan zaman. Salah satu unsur dalam pendidikan yang memegang peranan penting adalah guru. Guru adalah sebuah jabatan atau profesi yang membutuhkan kemampuan mengajar sekaligus mendidik siswanya. Sesorang yang memiliki kemampuan pengatahuan yang tinggi dan dapat berbicara di depan umum dalam bidang-bidang tertentu, belum menjadi jaminan ia dapat disebut sebagai seorang guru. Seorang guru dapat dikatakan profesional jika memahami seluk beluk pendidikan dan pengajaran. Salah satu tugas guru adalah berperan penting dalam kegiatan belajar mengajar. Kegiatan belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan di sekolah dan guru sebagai pemegang peranan utama kegiatan tersebut. Dalam kegiatan tersebut terjadilah interaksi anatara guru dan muridnya. Interaksi ini tentunya mengarah pada pencapaian tujuan pendidikan.
            Fungsi guru dalam pendidikan tentunya tidak sebatas dalam masyarakat saja. Bahkan, pada dasarnya guru juga mengambil bagian dalam komponen penting yang menentukan kemajuan suatu bangsa. Keberadaan guru bagi suatu bangsa tentu dirasa penting, apalagi bagi suatu bangsa yang sedang membangun. Guru juga hendaknya menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi dalam dunia pendidikan. Karena  semakin mampu dan tepat seorang guru melaksanakan fungsinya dalam pendidikan, semakin variatif pula metode dan media pembelajaran yang menarik minat siswa untuk belajar.
Watson mengungkapkan bahwa manusia dilahirkan dengan sejumlah refleks yang terbatas, sedangkan belajar adalah hasil pengkondisian reflek-reflek tersebut. Oleh karena itu Watson berpendapat, perbedaan kemampuan yang ada diantara manusia semata-mata disebabkan karena pengalaman (pengkondisian) yang berbeda karena pada awalnya manusia semua sama. Belajar sebagai tugas utama siswa merupakan kegiatan yang berlangsung melalui perantara guru. Melalui proses belajar, siswa melakukan pengkondisian reflek yang terbatas pada dirinya. Pongkondisian tersebut sejalan dengan “The Law of ExerciseThorndike berpendapat bahwa upaya guru memberi latihan yang berulang-ulang dalam kegiatan pembelajaran akan membuat siswa terlatih dalam memberi respon yang tepat atau benar. Dalam artian bahwa, siswa akan lebih mampu mengkondisikan keterbatasannya dengan belajar dan kebiasaan berlatih. Hal tadi berlaku untuk kemampuan siswa yang heterogen sesuai dengan minat dan bakatnya. Tentu saja, kemampuan berkaitan pula dengan kemauan yang juga berpengaruh pada kepiawaian seorang guru menyesuaikan dengan perannya dalam pendidikan.
                 Salah satu kepiawaian guru tersebut adalah memasukan unsur teknologi dalam proses pembelajarannya. Perkembangan dan penerapan teknologi dalam dunia pendidikan di tahun 2011 ini semakin berkembang sejalan dengan tuntutan peran guru yang bukan hanya sebagai aktor utama di dalam kelas. Disadari atau tidak “kemajuan teknologi telah menstimuli pendidikan untuk dapat beradaptasi sesuai dengan tuntutan zaman dan menumbuhkan kesempatan belajar bagi peserta didik (grown learning)” (Yamin, 2011:1). Guru sebagai ujung tombak pendidikan idealnya bisa menarik perkembangan teknologi tersebut ke dalam ranah yang positif untuk dapat diterapkan pada peserta didik. Fungsinya tentu saja agar mempermudah proses pengajaran yang bukan hanya “teacher centris” melainkan juga membentuk pendidikan yang berkarakter dan berpusat pada peserta didik atau yang dikenal dengan “student centris”. Tujuannya adalah menghasilkan suatu komponen output pendidikan yang bukan hanya paham apa yang telah ia pelajari di bangku pendidikan formal, tapi juga mampu menerapkan hal-hal yang telah ia pelajari tersebut dan mengaitkannya dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia peserta didik diajarkan untuk mampu berpidato di depan umum. Hasil pendidikan ideal yang harusnya dicapai adalah bukan hanya ketika peserta didik tersebut memahami unsur-unsur pidato maupun penguasaan pemilihan kosakata dalam pidato saja, melainkan juga mampu melatih diri untuk berbicara di depan publik atau public speaking baik di sekolah maupun dalam aspek kehidupan lainnya.
                 Sekolah merupakan tempat interaksi antara siswa dan guru. Selain adanya proses belajar-mengajar yang sesuai dengan materi dan tuntutan kompetensi siswa, sekolah jga menjadi tempat bersosialisasi dan pengembangan diri siswa. Idealnya, di sekolah siswa juga belajar bagaimana bersikap dengan sesama teman, guru maupun unsur-unsur yang ada di dalam sekolah lainnya. Peran guru di dalam kelas sebaiknya bukan hanya pada capaian penyampaian materi ajar yang terdapat dalam perangkat mengajar. Tapi juga seorang guru harus mampu membangkitkan semangat peserta didik dan menjadi seorang pembelajar yang mampu memahami hakikat pelajaran yang sedang dipelajaarinya. Membangkitkan semangat ini yang dikenal dengan nama motivasi. Dalam dunia pendidikan, alasan atau dorongan itu bisa datang dari dalam maupun dari luar diri peserta didik. Motivasi yang datang dari dalam adalah ketika peserta didik menyadari pentingnya mempelajari suatu bahan ajar serta mampu berinisiatif agar dapat menyerap materi tersebut. Sementara motivasi yang datang dari luar adalah ketika motivasi peserta didik untuk belajar dan mempelajari sesuatu datang dari pengaruh lingkungan sekitar peserta didik. Misalnya keluarga, teman ataupun guru. Intinya, guru juga secara sadar maupun tidak jiuga dituntut memiliki kemampuan memotivasi peserta didik berkaitan dengan materi yang diajarkannya.
                 Suprijono (2010:163) mengungkapkan bahwa “motivasi belajar adalah proses memberi semangat belajar, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama”. Motivasi dapat pula diartikan suatu dorongan seseorang untuk melakukan tindakan. Orang yang tidak mau melakukan suatu tindakan sering kali disebut tidak memiliki motivasi. Dapat pula dikatakan bahwa belajar tanpa adanya motivasi adalah suatu kegiatan yang hambar dan kurang menyenangkan. Siswa cenderung merasa ‘dipaksa’ belajar tanpa bisa mengaitkan apa yang ia pelajari dengan kegiatan sehari-hari jika mereka belajar tanpa adanya motivasi.
                 Peran guru yang tidak kalah penting sebagai penentu pendidikan adalah piawai menjadi seorang mediator. Sebagai mediator guru juga dituntut untuk memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang beragam media pendidikan yang berkembang sesuai dengan kemajuan teknologi. Guru dalam menyampaikan materi ajarnya tentu menggunakan media sebagai alat penyampaian pengetahuan kepada para peserta didik. Media yang digunakan tersebut tidak hanya sebatas menggunakan bahasa saja. Melainkan juga harus mahir meminkan peran teknologi sebagai salah satu unsur pendukung media. Jadi, sebagai seorang mediator, hendaknya seorang guru memiliki kecakapan dan kemampuan mengenai media pendidikan. Hal ini disebabkan media pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses penyampaian materi ajar ke siswa. Media dirasa menjadi sesuatu yang penting mengingat bahwa  media pendidikan merupakan alat komunikasi antara guru dan siswa untuk lebih memaksimalkan kegiatan belajar mengajar. Usaha yang bisa dilakukan seorang guru dalam mencapai fungsinya sebagai mediator bisa dilakukan dengan memperkaya materi dan sumber belajar yang berguna mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Selain itu, sumber belajar yang bermacam-macam tentunya dapat membuat proses belajar siswa lebih bervariasi dan tidak monoton pada hal-hal yang masih konvensional. Sumber belajar tersebut dapat berupa internet, narasumber, buku, teks, majalah ataupun surat kabar.
                 Seiring dengan peningkatan penerapan teknologi sebagai pendukung media pembelajaran di kelas, model pembelajaran untuk mencapai tujuan kompetensi yang ingin dicapai menjadi beragam pula. Misalnya saja pada metode pemodelan bermain drama. Guru bisa saja melakukan tindakan berakting sesuai peran yang menjadi tuntutan. Tapi, guna memperkaya pemodelan bagi siswa dan memasukkan unsur teknologi dapat pula dilakukan pemodelan pementasan teater atau drama dalam bentuk rekaman video yang diproyeksikan ke layar LCD. Hal tersebut membuat siswa mampu menghubungkan pengetahuan yang baru di dapatkannya dengan pengatahuan lama yang telah dimilikinya. Siswa tentu bisa mengaitkan akting drama atau teater yang baru dilihatnya pada pemodelan pembelajaran dan letak perbedaannya dengan sinetron yang mungkin sering dilihatnya pada layar televisi sehari-hari.
            Guru mengambil fungsi yang penting dalam menentukan hasil belajar siswanya. Output suatu pendidikan dapat terlihat dari hasil yang diperoleh siswa selama pembelajaran. Menurut Ausubel (dalam Supardi:2008) proses belajar akan mendatangkan hasil atau bermakna kalau guru dalam menyajikan materi pelajaran yang baru dapat menghubungkannya dengan konsep yang relevan yang sudah ada dalam struktur kognisi siswa. Cara-cara yang dapat dilakukan guru untuk menerapkan belajar bermakna Ausubel adalah dengan advance organizer sebagai penyampaian tahap pertama mengenai materi yang akan dipelajari siswa. Hal ini dilakukan dnegan tujuan agar kesiapan siswa dapat dimatangkan terlebih dulu sebelum pemberian materi pembelajaran. Selanjutnya dengan cara progressive differensial yakni penyampaian materi dnegan cara bertahap melalui pemikiran umum-khusus agar kognitif siswa dapat terarah dan sejalan. Kemudian dengan integrative reconciliation berupa penjelasan guru tentang perbedaan dan persamaan  konsep-konsep yang telah diketahui dengan konsep yang baru ssaja dipelajari oleh siswa. Terakhir, consolidation yang berupa pemantapan materi dengan memperkaya contoh dan latihan.
Untuk meningkat kemampuan seorang siswa dalam berpikir maka seorang guru  yang menganut paham kognitivisme tentunya akan banyak melibatkan siswa dalam kegiatan dimana faktor motivasi, kemampuan problem solving, strategi belajar, memory retention skill sering ditekankan. Agar dapat mengerti sesuatu yang dipelajari, maka pembelajar harus bisa menemukan, mengorganisir, menyimpan, mengemukakan dan memikirkan suatu konsep atau kejadian dalam suatu proses yang aktif dan konstruksif. Melalui proses pembentukan konsep yang terus menerus maka pengertian bisa dibangun (Bettencourt, dalam Supardi:2008). Di Indonesia, hasil belajar siswa dapat diukur melalui nilai rapor yang dibagi per semester. Namun, tentu saja hasil akhir dari nilai rapor yang juga merupakan hasil dari evaluasi siswa tersebut merupakan kombinasi antara teori dan praktik. Dalam artian bahwa nilai tersebut merupakan perlambangan bahwa siswa bukan hanya menguasai definisi suatu materi, tapi juga memahami bagaimana materi itu dilakukan dan dikaitkan dnegan kehidupan sehari-hari. Guru, baik sebagai motivator dan mediator turut pula menjadi aktor penentu hasil evaluasi belajar siswa yang nantinya akan berimbas pada output pendidikan.
Dapat dikatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara kemampuan guru mengambil perannya sebagai motivator dan mediator terhadap hasil belajar siswa. Pada hakikatnya, kegagalan guru menjalani perannya disebabkan dengan pola pembelajaran yang masih berpusat pada guru itu sendiri. Maka sudah menjadi dasar yang mulai harus dipertimbangkan bahwa pola pembelajaran yang berpusat pada siswa –harusnya- menjadi acuan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan. Guru bertanggung jawab untuk mampu memotivasi siswa agar terstimulan dalam proses belajar dan mengajar. Peran yang multifungsi atau ganda ini memang memunculkan tuntutan bahwa bukan sembarangan saja untuk menjadi –atau dapat dikatakan- seorang guru. Sebelumnya, guru harus mendapatkan pembekalan mengajar, simulasi problem solving serta waktu yang cukup untuk melakukan persiapan materi ajar.
Guru juga harusnya menjadi prioritas pelatihan-pelatihan yang berujung pada peningkatan kompetensinya dalam mengajar, bukan malah mendapatkan intervensi yang menakutkan tentang suatu ‘keharusan’ tak tertulis agar siswanya dapat lulus Ujian Nasional. Intervensi semacam ini cendrung melahirkan perilaku menyimpang yang sangat tidak layak dilakukan seseorang berpredikat ‘guru’ seperti memberikan kunci jawaban secara diam-diam agar dapat terhindar dari intervensi tersebut. Tentunya, kita sangat tidak mengharapkan perilaku menyimpang dapat dengan ‘wajar’ dilakukan oleh ujung tombak penentu pendidikan. Mengambil perbandingan terhadap kaum politik, misalnya banyak kasus anggota parlemen yang langsung mundur ketika melakukan kesalahan. Hal tersebut mendefinisikan bahwa dalam dunia politik mungkin boleh saja berbohong, tapi tetap tidak boleh salah. Berbeda dengan seorang guru yang bisa saja salah, tapi tidak boleh berbohong. Dalam kurva normal yang merupakan hukum alam mengatakan bahwa indikator keberhasilan pendidikan bukan lulus seratus persen, tapi bervariasi. Paradigma seperti ini harusnya kembali disadari oleh para teknokrat pendidikan agar guru dapat leluasa menjadi mediator dan motivator terhadap siswanya tanpa intervensi akan ukuran keberhasilan yang menentang hukum alam.



*Meila Rosianika, S.Pd
Guru Bahasa Indonesia di SMP-SMA Al-Falah Jambi
Mahasiswi Pascasarjana program Magister Teknologi Pendidikan Universitas Jambi