welcome vigorously

I take some time to think, write and arrange all these with spirit and dedicate to you whose spirit!

You are looking for...

29.9.21

SEBUAH KARYA AGAR TETAP BERDAYA Resensi Buku oleh: Meila Rosianika Judul buku : The Art of Solitude: What I Think About When I’m on My Own Nama Pengarang : Desi Anwar Tahun terbit : 2020 Tebal buku : 209 halaman ISBN : 978-602-06-4833-0 Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama Harga : Rp 97.000 Bahasa : Bahasa Inggris Cetakan : Pertama Genre : Inspirational Book-non fiksi “Have you ever met someone or some people and you find yourself really interested in them?” Pertanyaan retoris tersebut membuka judul pertama dari empat puluh judul tulisan yang berisi perenungan-perenungan penulis selama Pandemi Covid-19. Salah satu hikmah yang didapat selama wabah adalah bagaimana kita menghadapi kesendirian saat mengikuti anjuran pemerintah untuk tetap menjaga jarak dengan berada di rumah saja. Pada bagian awal yang dibuka dengan judul “The Person in the Mirror” itu, Desi Anwar mengajak pembaca untuk berpikir bahwa ada seseorang yang harusnya selalu kita perhatikan namun sering terabaikan karena kesibukan kita sehari-hari berinteraksi dengan dunia luar. Seseorang yang mungkin punya banyak kekurangan, yang kadang kurang percaya pada dirinya sendiri, yang tak sesempurna idola-idola kita, yang juga kadang belum memahami apa sebenarnya yang dia ingin kerjakan dalam hidup ini. Ya, seseorang itu adalah diri kita sendiri yang selalu kita lihat wujudnya hampir setiap hari di dalam cermin. Kita hidup dalam derasnya tekanan dan kebutuhan. Kadang, tuntutan-tuntutan itu mengharuskan kita mengedepankan kebahagiaan orang lain. Bahkan tak jarang menyingkirkan keinginan diri kita sendiri agar hidup semakin ‘terlihat’ indah dengan membahagiakan orang lain. Hal ini juga semakin diperjelas dengan seringnya kita membandikan diri sendiri dengan pencapaian-pencapaian orang lain. Padahal, diri kita itulah orang yang pertama kali kita hargai sebelum kita dapat menghargai orang lain. Bukan bermaksud egois, tapi diri kita itulah yang selalu ada di saat-saat sepi pandemi, yang harus kita jaga kewarasan dan eksistensi pribadinya. Desi Anwar secara jelas menegaskan ini lewat kalimat, “Don’t be too quick to criticise this person in the mirror for acting stupid, for making a fool of itself in front of people…” Ternyata kadang, sendiri itu menyembuhkan Pada bab lainnya, “Declutter Your Life, Declutter Your Mind” Desi Anwar mengajak kita memanfaatkan momen kesendirian untuk menerapkan minimalisme terhadap keberadaan barang-barang yang kurang bermanfaat lagi di dalam keseharian kita yang masih saja kita simpan. Melalui kegiatan beres-beres, pikiran kita akan semakin lapang sejalan dengan ruangan yang juga akan semakin terlihat lapang jika tidak diisi oleh penuhnya keberadaan barang yang sudah tidak kita pakai lagi. Selain judul tadi, tulisan-tulisan lainnya juga tak kalah menarik. Menjadikan perenungan sebagai benang merah atas semua tulisan-tulisannya di buku ini, Desi Anwar membagikan opini lainnya terkait hal-hal menarik yang sebenarnya menjadi kesempatan emas saat minim melakukan interaksi seperti pada saat pandemi. Menurutnya, “Solitude becomes an art that is both enlightening and therapeutic.” Masa wabah ini menyimpan begitu banyak pelajaran yang bermanfaat. Sebuah kesempatan tak ternilai yang dapat kita gunakan untuk menemukan hakikat sejati diri kita yang sebenarnya. Kita juga dapat menjawab sendiri perenungan kehidupan kita dengan mengajukan pertanyaan mendasar tentang keberadaan yang mungkin selama ini jarang kita pikirkan. Minim Data dan Teori
Tulisan-tulisan di dalam buku ini berisi opini pribadi penulis yang memang sangat bermanfaat untuk memperkaya kesadaran diri dan membangun motivasi. Namun buku ini masih minim data dan teori sehingga akan sangat sulit menjadikannya rujukan pada penelitian atau tulisan ilmiah. Buku dengan tipikal buku panduan (how to) ini memang cenderung berisi tentang sebuah petunjuk, tutorial atau panduan lengkap untuk melakukan, menjadi, atau instruksi untuk mengubah sesuatu. Sama halnya dengan buku karya Dale Carnegie berjudul How to Win Friends and Influence People atau How to be a Stoic-nya Massimo Pigliucci, buku karya Desi Anwar ini juga berisi tentang bagaimana cara kita mengisi kesendirian dengan lebih menerapkan prinsip mindfulness. Mindfulness sendiri merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk lebih dapat memusatkan perhatian kita pada apa yang sedang kita lakukan tanpa adanya gangguan atau distraksi pada hal lain. Inilah yang sepertinya ingin disampaikan Desi Anwar melalui buku ini. Jika dibandingkan dengan buku dengan tema serupa, Desi Anwar bisa mengembangkan teknik penulisan yang terlihat seperti dalam buku Focus-nya Daniel Goleman. Dalam bukunya, Daniel Goleman menyajikan argumentasinya tentang aktivitas intelektual yang akan jauh lebih baik dengan minim pengalihan lewat beberapa data dan rujukan ilmiah. Melalui pemaparan fakta tentang fungsi otak, Daniel Goleman bisa memperkuat opininya mengenai pentingnya fokus mengerjakan sesuatu daripada multitasking dengan data yang kuat berlandaskan pada penelitian dan rujukan ilmiah. Refleksi Produktif dan Aspek Rasionalitas Sistematika dalam buku ini dinilai cukup karena setiap tulisan diberi judul sesuai dengan topik dan ide besar yang ingin disampaikan penulis di dalamnya. Meskipun pembagian bab tidak ditampilkan secara terstruktur, pembaca masih dapat mengikuti alur pemikiran dari penulisnya. Desi Anwar menyajikan ide yang lebih kekinian dengan menonjolkan aspek refleksi produktif dalam mengisi kegiatan di rumah. Buku ini cocok dibaca oleh kaum urban perkotaan yang memiliki aktivitas luar rumah yang cukup sibuk dan harus mengurangi kegiatan tersebut saat pandemi. Jika dilihat dari tata letaknya, kita juga dapat mencermati bahwa buku ini disusun dengan cermat karena dipenuhi oleh contoh kegiatan yang mendukung penjelasan dari penulisnya. Penulis buku ini, Desi Anwar merupakan seorang penyiar berita senior dan jurnalis professional dengan banyak pengalaman. Tulisannya selain The Art of Solitude: What I Think About When I’m on My Own, buku-bukunya seperti A Romantic Journey dan A Simple Life juga telah diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama. Desi Anwar juga telah menerbitkan koleksi cerita pendek berjudul Growing Pains yang diterbitkan dalam dua bahasa. Terakhir, Desi Anwar mempertegas pesannya dalam buku ini tentang makna kehidupan ini sebagai “A lifetime journey whose destination is wisdom. A game of which the prize is enlightment.” Perjalanan seumur hidup yang tujuannya adalah kebijaksanaan. Juga sebuah permainan yang hadiahnya adalah pencerahan. Jadi, dalam kesendirian dan kesepian, kita selalu punya cara untuk tetap berdaya. Cukup menarik bukan? (mei)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar