welcome vigorously

I take some time to think, write and arrange all these with spirit and dedicate to you whose spirit!

You are looking for...

30.9.11

Jambi Beraroma Melati?

A bit shocked aja waktu denger dari Akbar kalo di seantero Jambi lagi bau melati kalo malem. Ah, apa iya? Iseng aja up-date status di FB Xpresi buat tahu lebih detail apa hal yang sama juga dirasain anak muda pembaca rubrik yang aku asuh. Eh, responnya ternyata antusias banget. Bukan cuma dirasain satu-dua orang aja. Ternyata banyak warga di Jambi yang emang udah ngerasa sering mencium aroma melati kalo malem. Hmm, serem juga sih ya. Dari beberapa komentar ada yang mencoba menganalisis bahwa melati emang sengaja ditanam di musim panas kayak sekarang untuk melawan gangguan pernafasan, akibat alergi debu. Ada juga yang mengatakan bahwa aroma melati ini udah menyebar sampe ke Batanghari.

Well, kayaknya kita masih nunggu analisis dari yang ahli seputar fenomena langka kayak gini. Atau kita bisa ambil positive benefit dari peristiwa ini? Yep, maybe we can enter a list of record-smelling jasmine town all night. Hehe.

*Btw, jadi takut pulang malem hari ini. Bau melatinya udah mulai muncul di kantor nih. Cabz dulu ya.

15.9.11

Kekasih Gelap

Untukmu kekasihku yang berkulit gelap
atau selanjutnya disingkat menjadi kekasih gelap, haha
hari di sini tertali oleh pacu mimpi
aku masih berada diantara rimba harap yang terpatri antara sanggup atau mati
mati menenggelamkan beberapa opsi yang ku buat dengan sejuta sangsi dari suara sayup dunia sini

Tapi di sinilah aku, kekasihku yang gelap (atau lagi-lagi kekasih gelapku, haha)
mendengar alunan lagu Crazier-nya Taylor Swif dan membayang pula tentang gelapnya lingkar hati jika ekspektasi tak mampu mengisinya

I've never gone with the wind
Just let it flow
Let it take me where it wants to go

Begitu kata lagu itu
karena angin membuat segalanya menjadi tertuju pada sesuatu yang-entah- tak pernah pula ingin ku pikirkan
apa sebenarnya daya?tak ada!
aku hidup bukan cuma dengan harapan yang ku ciptakan sendiri di kawah ini
tapi juga dengan harapharap lain, harapharap orang lain

Til you open the door
There's so much more
I've never seen it before
I was trying to fly but I couldn't find wings
But you came along and you changed everything

apa aku tak suka?
suka, jelas saja
bagiku harap orang yang mengelilingiku bermakna bukan seperti inti atom atau molekul saja,
tapi lebih dari itu

 
You lift my feet off the ground,
Spin me around,
You make me crazier, crazier
Feels like I'm falling,
And I'm lost in your eyes,
You make me crazier, crazier, crazier


gilakah aku?
mungkin saja
aku gila untuk sejuta mimpi yang ingin ku tebus dengan sayap yang payah
kata temanku setiap orang itu gila, tapi yang membedakan adalah tingkat kegilaannya
ah, kau tahu sesuatu? selain gila dengan sejuta mimpi, aku juga gila untukmu

I watched from a distance as you
Made life your own
Every sky was your own kind of blue
And I wanted to know
How that would feel
And you made it so real
You showed me something that I couldn't see
You opened my eyes and you made me believe

aku setuju kita memaknai cinta bukan sesuatu yang berlebihan
dan tentu saja kita bukan bagian dari gila dengan cara yang salah
banyak yang gila tak mengaku gila
tapi bukankah banyak lagi yang tidak gila tapi bertingkah laku seperti orang gila
lalu kenapa raya takut pada kegilaan?
jika banyak di sana cinta di salah artikan

beberapa hari lalu di kertas koran ini terbaca
dia si mati yang meregang nyawa
janin yang diaborsi
dibunuh paksa!
darah yang sarat dengan cinta yang salah
tapi mereka tak mau mengaku gila

lalu ada pula tangis si tua tetanggaku
anaknya dibawa entah kemana

dan itu
baru saja ku dengar ada mati lagi
cinta yang salah
yang tak tahu memaknai gila

heran

Baby you showed me what living is for
I don't want to hide anymore

jadi biar saja aku gila pada cintamu
pada sesuatu yang sering membuat kita jadi saling mengingatkan

pada kulitmu yang -walaupun gelap- tapi tetap saja memberi terang
di sini
di kegilaanku sendiri

hidup terlalu indah untuk digilakan dengan cara yang salah
juga terlalu sederhana untuk bermimpi secara biasa
teruslah perdengarkan aku pada kata-kata "... suatu hari"

aku dan kau berlari pada estetika mimpi namun tetap berteduh pada etika diri

sementara kita menunggu tentang "..suatu hari" yang kita tunda saat ini
suatu hari yang tak kalah indah dan tidak gila dengan cara yang kegilagilaan buatan

aku menyukai gelap pada kulitmu
juga untuk gelap yang kita tunda
sampai "... suatu hari"
sampai penghujung mimpi dan batas waktu untuk sendiri

Kabut



Pagi kemarin mungkin bukan hanya aku orang satu-satunya yang memutuskan untuk kembali menutup jendela setelah membukanya. Bukan hanya aku yang harus menggunakan masker saat beraktivitas di luar. Bukan hanya aku yang merasa sesak nafas, tapi juga mereka. Kabut belum jua berdamai di sini.

Kemarin ku ceritakan padamu tentang gusarku. Katakanlah penyebab kabut ini adalah alam, jumlah curah hujan ataupun kebakaran yang terjadi. Tapi bukankah data yang dirilis secara resmi pada harian pagi menemukan puluhan jumlah titip api tersebar di penjuru kota ini. Titik api yang bukan sekedar menjadikan alam sebagai penyebabnya. Titip api yang muncul karena dampak suatu kepentingan. Titip api yang sedemikian kasar terjamah untuk mencetak rupiah. Lalu, apakah bisa ranting pohon jadi saksi? Betapa diamdiam mereka melayat untuk sesama pohon yang mati. Dan mereka yang seharusnya bersuara justru ikutikutan diam. Sungguh nurani bisa saja kalah karena kedudukan, kekasihku.

Pasal 9 UU No 39 tahun 1999, “Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat”. Dan lihatlah pasal serta muasal. Ironi yang memunculkan istilah baru dalam menara kehakiman hatiku, praduga (tak) bersalah. Bukankah setiap pelanggaran adalah kesalahan? Lalu mana si salah yang telah melanggar pasal itu? Si salah yang ada di balik kertas dengan nilai nominal? Si salah yang mengorbankan kepentingan banyak orang untuk dapat memiliki lingkungan yang sehat demi kepentingannya sendiri. Ya ya ya, si salah itu kini tertupi kabut yang ambigu. Kabut pertama menyesakkan nafas anak manusia yang lalu lalang di lantai pagi dan petang. Kabut kedua adalah anak manusia yang melindungi si salah dengan kekuasaan!

Tidak cukupkah cinta menjadi muara dari semua. Kita memang tak bisa melakukan apa-apa, kekasihku. Kita sekarang bukan siapasiapa. Tak jua kenal si salah ataupun tak tahu siapa lagi si sakit yang sesak nafas yang akan berbaring dengan perawatan. Tapi kita bisa bersuara, kan? Ku ajarkan muridku untuk mampu bersuara secara lisan dan tulisan. Begitupun kau. Kritik akan tetap tumpul jika hanya ada dalam pikiran.

Cinta kita tak kan habis jika dimakan hanya berdua.
Dan berbagi, membuat kita tetap akan merasa cukup.