welcome vigorously

I take some time to think, write and arrange all these with spirit and dedicate to you whose spirit!

You are looking for...

27.11.11

Sunday Out


I had some fun with the child of my neighbor named Sabila and accompanied by my Black Ranger too



















Of all, I am happy on this day can hone my maternal soul. I hope one day I also have a beautiful family. Me, him and kids.

4.11.11

Queue, patience and talk with each other



Kebanyakan dari kita memang sangat tidak suka menunggu. Bahkan muncul paradigma bahwa "menunggu itu membosankan". Well, memang ada benarnya. Saat mengantri di bank atau di pom bensin memang saat-saat yang cukup menjenuhkan. Apalagi kalo antriannya lama. Pilihan selingan untuk baca majalah atau mendengarkan musik sambil mengantri memang bisa saja jadi solusi. Tapi tetep aja, berada pada situasi mengantri membuat kita berasa, "duh males banget!". So why do we have to queue?

As we know, kita hidup dalam lingkungan sosial. Justru karena dunia ini "rame" makanya kita berasa jadi lebih hidup. Nggak kebayang kan kalo kita cuma hidup sendirian di dunia yang segede ini tanpa ada orang lain sebagai partner kita buat ngantri untuk melakukan sesuatu. Sikap acuh yang sering salah dengan mengabaikan lingkungan sekitar ini yang kadang ngebuat kita berasa sendiri di tengah keramean. Kalo kita mau sedikit jeli memandang fenomena ngantri, kita mungkin bisa ngambil -minimal- dua pelajaran dibaliknya.

First, saat dalam antrian of course we learn more about patience. Melatih diri dengan kesabaran bisa meningkatkan kualitas sikap kita sendiri ke orang lain. Terbiasa sabar juga bagus agar kita mampu melihat segala sesuatu bukan pada orientasi hasilnya aja. Tapi juga semua butuh proses. Proses inilah yang kadang jadi penentu suksesnya seseorang. Biar hasilnya bagus, tapi prosesnya salah kan mencerminkan diri kita sendiri yang nggak punya kualitas diri. Misalnya aja kalo ada orang yang nyelonong dari antrian. Okelah, dia bisa dapet bagian yang cepet, tapi tentu aja orang yang seperti nggak bisa dapet penghargaan publik. Nggak mau kan jadi public enemey?

On the other hand, pelajaran kedua yang kita dapetin dari kesabaran adalah saling tegur sapa. Kalo kondisinya ngantri di bank atau ngantri buat bayaran kuliah, coba lihat kanan-kiri. Walopun nggak ada yang kenal, kayaknya nggak masalah juga kalo kita nyapa duluan dengan sikap yang 'friendly'. Ramah bukan berarti sok kenal ya. Kita bisa mulai dengan, "Nganti juga ya?" atau "Udah lama jadi nasabah sini?". Dari permulaan seperti itu kita bisa mengalirkan obrolan selanjutnya. Ya itung-itung nyari temen. Inget, orang yang gaul itu bukan cuma bisa bergaul dengan satu kalangan aja. Tapi juga bisa menyesuaikan sikap dimanapun dan sangat suka bertemen. Makin banyak temen, katanya makin banyak rezeki lho =)

3.11.11

Complain Less, Learn More!



Mungkin kita semua udah pada tahu kalo opportunity will not come twice! Yup, bener banget. Kesempatan itu jarang banget yang datang dua kali. Termasuk kesempatan kita untuk bisa hidup kayak sekarang. Tentu aja, setiap orang dalam hidupnya punya masalah masing-masing. Tapiii, masalah pasti punya tujuan. Diantaranya untuk ngebuat kita jadi dewasa. Terus kapan kita bisa dewasanya kalo setiap ada masalah kita justru mengeluh. Sounds simple but it's true, kita kadang nggak sadar sudah terlalu banyak ngeluh ini itu. Mulai dari penampilan yang kurang perfect sampe ke kondisi dompet yang rada tipis. Well, now we have to say good bye for more and more complain in our life! Kalo kita ngeluh terus, kapan kita mau belajar untuk sedikit elegan mengahadpi masalah?


Mengeluh itu rasanya cuma memperpanjang rasa sakit aja. Energi yang kita pake untuk mengeluh kalo diganti dengan do something real bisa jadi imbas juga lho. Emang perlu banget kita memotifasi diri dengan melihat mereka yang prestasinya jauh di atas kita. Tapi cukup jangan sampai hal-hal itu jadi bomerang yang bakal buat kita kurang bersyukur sama hidup yang kita punya. Masih banyak orang-orang yang kondisinya bisa dibilang jauh "di bawah" dari apa yang kita punya. Don't talk too much but empty, let's learn much and talk with knowledge to fill the empty!

Memaksimalkan Manusia Sebagai Media


Sekolah merupakan tempat berlangsungnya kegiatan belajar-mengajar. Lancar atau tidaknya keberlangsungan kegiatan tersebut bergantung pada warga sekolah dalam menjalankan tugasnya masing-masing. Siswa yang memiliki tugas untuk dapat memenuhi kebutuhannya untuk belajar dan guru yang memiliki tugas dalam profesinya untuk dapat mengajar sekaligus mendidik para peserta didik agar dapat menjadi generasi terdidik yang cakap mengembangkan pengetahuannya. Interaksi belajar-mengajar tersebut kerap terjadi di ruang kelas dimana di tempat tersebut guru menjadi seorang aktor yang memegang peranan terhadap lancar dan tidaknya proses transfer pesan yang bermuatan informasi pelajaran.
Idealnya, seorang guru telah merancang dan bereksperimen terhadap berbagai kendala yang akan muncul selama kegiatan belajar-mengajar berlangsung.  Salah satu upaya mengatasi kendala selama proses belajar adalah penggunaan media yang tepat. Di tengah derasnya arus teknologi, para pendidik kian latah memanfaatkan canggihnya tenaga mesin sebagai media belajar. Hal ini tentu saja merupakan suatu upaya yang baik dalam memanfaatkan perkembangan dunia global yang kian maju. Tapi tentu saja, ada begitu banyak energi manusia yang tak kan bias tergantikan.
Kita sering terlupa bahwa seorang guru harusnya bukan hanya memberi contoh, tapi juga menjadi contoh. semboyan “ING NGARSO SUNG TULODO, ING MADYO MANGUN KARSO, TUT WURI HANDAYANI” (Di depan memberi teladan, di tengah memberi bimbingan, di belakang memberi dorongan) bukanlah filosofi klise yang pantas untuk diabaikan. Guru sebagai figur yang dapat menjadi suri tauladan murid harusnya dapat memaksimalkan potensi dirinya sebagai media belajar yang juga dapat dimanfaatkan .  Untuk itu, kriteria dan prosedur pemilihan media dirasa perlu. Dimana seorang guru memberikan analisis yang kritis terhadap dirinya sendiri dulu dalam memilih media belajar. Petimbangan tersebut dapat dimulai dari karakteristik peserta didik sampai ke karakteristik bahan ajar yang dipadu-padankan dengan variasi media. Variasi media ini dimaksudkan untuk menghilangkan kejenuhan belajar yang digunakan dengan media yang itu-itu saja.
Dalam  kompetensi dasar membacakan berita dengan intonasi, lafal, dan sikap membaca yang baik pelajaran bahasa Indonesia, misalnya. Media ICT atau video mini pembacaan berita dari presenter terkenal yang ditayangkan pada jam belajar memang merupakan sesuatu yang layak untuk dilakukan. Tapi murid tetap saja akan ajuh lebih respect jika gurunya mampu meberikan contoh membaca berita yang baik. Ya, penggunaan manusia sebagai media belajar dirasa perlu guna mengimbangi kebutuhan generasi akan contoh yang datang bukan dari orang lain, tapi dari sang guru sendiri. Untuk itulah, seorang guru memang dituntut serba bisa dalam hal-hal yang basic pada setiap mata pelajaran yang diajarkannya. Kombinasi media seperti pemanfaatan teknologi dan pemanfaatan manusia merupakan kolaborasi yang harus ditanamkan untuk menyuburkan benih unggul dari suatu pendidikan.