welcome vigorously

I take some time to think, write and arrange all these with spirit and dedicate to you whose spirit!

You are looking for...

20.4.11

Scholarships From Allah




No wonder, sometime people judge someone by the cover. Yup, walopun banyak yang menegaskan prinsip jangan menghakimi seseorang dari tampilan luarnya aja, tapi kita nggak bisa menutup diri dari status kita sebagai makhluk visual. Makanya kita sering banget melihat dan mengambil kesimpulan dari apa yang kita lihat aja.

Salah satu yang orang judge dari kehidupan saya adalah tentang akses pendidikan. Hmm, kalo aja mereka mau observe kehidupan saya lebih jauh, mungkin bakal keliatan juga wajah 'susah' ini. Saya tinggal di rumah yang sangat biasa, hidup dari pekerjaan orang tua yang juga biasa dan tentunya dengan bawaan gen kapasitas otak yang biasa. Riset kecil-kecilan saya mengatakan bahwa orang-orang yang status sosialnya bisa dikatakan 'seukuran' dengan saya bisa melanjutkan pendidikan sampai ke tingkat SMA aja. Its serious fact!

By contrast, kalo saya tidak mengurus beasiswa ini, mungkin saya juga nggak bisa ngelanjutin pendidikan sampe sarjana, apalagi bisa langsung berproses ke pascasarjana kayak sekarang. Beasiswa apa itu? Beasiswa yang saya dapatkan dari Allah. Of course, without agent, tax or discount!
Ngurusnya gampang:

1.Doa
2.Usaha
3.Percaya

Di luar sana, begitu banyak orang yang baru-mau-akan melanjutkan pendidikannya dengan program beeasiswa dari beberapa perantara. Tanpa kita sadar bahwa pemberi beasiswa sesuangguhnya adalah Dia, yang maha pemberi.

Semua dimulai dari keinginan yang kuat saya sewaktu SMA. Walopun saya tidak mendapatkan kesempatan kuliah di luar kota, tapi saya sangat bersyukur mendapatkan beasiswa dari-Nya di kota ini. Saya awali mengurus beasiswa itu dengan doa, dilanjutkan dengan usaha, kemudian saya percaya saya akan diberikan yang terbaik! Allah kemudian memberikan saya beasiswa melalui pertimbangan angka IPK pada semester ke-tiga. Bisa dikatakan, empat tahun di program sarjana memang tidak cuma-cuma. Tetap ada harga yang harus dibayar. Tapi manusia kadang sering mengeluh dengan 'mahal'nya suatu harga tanpa mempertimbangkan bahwa semua yang akan membayar 'harga' itu BUKAN kita, tapi Allah. Uang yang ada di dompet kita atau di rekening itu punya-Nya, kan? Lalu, kenapa masih ada yang tidak mau bernegoisasi dengan-Nya secara langsung? Meminta beasiswa dariNya dengan penuh kerendahan bahwa kita membutuhkanNya.

Berlanjut ke program pascasarjana, saya kembali mengurus beasiswa. So far, sepertinya beasiswa kali ini tanpa lembaga yang akan menyeleksi, tanpa berbentuk warisan dadakan atau apapun. Beasiswa itu langsung Allah sisipkan dari rezeki yang juga ia beri pada saya. Saya menggunakan diksi 'sisipan' karena menurut saya tidak banyak seorang yang baru wisuda dan baru tiga bulan menjadi guru telah melanjutkan S2 kalau bukan karena bantuan penghasilan dari orang tua atau keluarga lainnya. Sementara saya? Sekali lagi saya katakan, orang-orang yang pekerjaan orang tuanya seperti saya atau dengan posisi pekerjaan yang sama seperti saya, mungkin akan berhenti melanjutkan pendidikan sampai SMA jika tidak mau mengurus beasiswa dari Allah.

Tidak ada yang tidak mungkin. Uang-uang itu tidak akan kita duga-duga darimana datangnya jika kita mau merendah diri, berusaha kuat serta berbaik sangka bahwa kita percaya Ia akan memberikan yang terbaik -tentunya selama beasiswa yang kita harapkan itu adalah untuk kebaikan juga-. Saya tidak bermaksud mengatakan bahwa beasiswa dari perantara boleh diabaikan. Tentu saja tidak! Beasiswa dari beberapa perantara harus kita urus juga dong, sebagai salah satu bentuk usaha. Tapi yang ingin saya tekankan adalah, jangan merasa kalah jika telah mengurus beasiswa dari beberapa perantara itu tadi, namun belum goal alias belum lulus juga. Itu cuma masalah waktu. Tetaplah mengurus beasiswa dengan doa, usaha dan percaya! Beasiswa dari Allah mempunyai banyak jalan yang bisa datang dari mana saja. No limit!

Saya melihat banyak sekali dari mereka yang tidak mau lagi melanjutkan pendidikan atau memperdalam ilmu hanya karena beberapa alasan yang pada hakikatnya bersumber pada penyelesaian yang bisa Allah lakukan. Kalo saya tidak salah ingat ceramah yang pernah saya simak mengatakan, "orang yang mati dalam keadaan belajar atau menuntut ilmu itu sama dengan mati dalam keadaan syahid". Dosen saya pun  pernah mengatakan bahwa "orang yang berilmu pengetahuan dan saleh lebih baik dari orang yang saleh saja". Saya juga pernah membaca, Rasulullah bersabda, "Satu orang yang berilmu lebih baik ketimbang seribu orang yang ahli ibadah..". Well, kalo ada orang yang berilmu dan juga ahli ibadah, semua orang mungkin akan bilang, "What a complete package!" 


All you have to do is believe with scholarships from Allah!

2 komentar:

  1. kata2nya bagus jg...
    maaf ya, pada paragrap 1 saya kurang setuju klo hanya melihat seseorang hanya dari cover nya aja....
    karna blom tentu hatinya seperti covernya...

    dan pada paragrap trakhir saya sangat setuju, karna org seperti itulah yg di idam2 kan...

    BalasHapus
  2. terimakasih
    emang bner bnget,kita nggak boleh ngeliat org dr tmpilan aja.But,once more,we r a visual people yg kdang gak sdar dgn pnilaian dr ap yg udh mata kita liat.
    But nice feed back 4me anyway,
    everything in my blog needs pro and contra to go forward ;)

    BalasHapus