Seperti mimpi, saat selempang juara pertama dipakaikan kepada saya. Ada tepuk tangan, ada ucapan selamat. Ada setitik air mata. Tak percaya. Ah Meila! Bisa-bisanya kau jadi juara ditengah kemampuan bahasa yang masih terus harus belajar. Tapi ya tentu saja. Tanggung jawab ini membawa saya pada keharusan belajar lebih lagi. Tiada henti. Dan semoga akan terus seperti ini.
Semua berawal saat saya akan mengurus beasiswa pascasarjana di Dinas Pendidikan Provinsi Jambi. Saat akan izin dari sekolah tempat saya mengajar, saya turut menambahkan alasan izin keluar jam kerja karena ingin juga mengikuti seleksi pemilihan duta bahasa. Dua alasan ini memperkuat pemberian izin pada saya. Juga dengan mempertimbangkan kapasitas saya sebagai guru bahasa Indonesia, maka sekolah akhirnya pun mengizinkan. Mimpi belum terlambat saat usia saya 23 tahun. Bahkan semua baru saja akan dimulai!
Proses seleksi berlangsung selama tiga hari 4-6 Juni 2012. Seleksi pertama adalah penilaian tulisan esai mengenai bahasa Indonesia. Tulisan yang saya tulis sederhana saja, mengenai pemikiran saya akan bahasa Indonesia sendiri. Dapat dibaca di sini.
Hari pertama, 4 Juni 2012 semua peserta yang lolos seleksi tulisan berjumlah 15
perempuan dan 15 laki-laki. Pada hri tersebut kami mengikuti tes selanjutnya yakni Uji Kemahiran Berbahasa
Indonesia (UKBI). Membingungkan. Setidaknya itulah kesan pertama saya sewaktu mengikuti UKBI. UKBI ini semacam TOEFLnya Bahasa Indonesia. Mungkin saya adalah representasi banyak anak muda lain yang kadang kerap meremehkan bahasa sendiri. Banyak dari kita berlomba menguasai bahasa asing. Tidak ada yang salah memang. Tapi tentu tanpa mengabaikan akan pentingnya bahasa sendiri. UKBI yang kami jalani sepenuhnya mengenai kaidah dan penggunaan bahasa. Di sana saya sadar bahwa kita tidak akan mungkin bisa berjaya, tanpa mampu menghargai milik sendiri, bahasa Indonesia.
5 Juni 2012 saya kembali mengikuti serangkaian tes. Tes di hari kedua
ini meliputi wawancara yang dibagi atas tiga sesi, pengetahuan bahasa
(Indonesia, daerah, dan asing), mengenali struktur kaidah bahasa Indonesia,
psikologi, dan budaya daerah. Tes hari kedua memakan waktu yang cukup lama,
dari pagi hingga pukul 15.00 WIB. Pada hari tersebut juga diumumkan 7 pasang kandidat duta yang akan maju ke babak grand final di hari ketiga (6 Juni 2012). Nama saya diumumkan masuk ke tahap selanjutnya. Semakin deg-degan! Tentu dengan mengucap puji syukur atas segala kesempatan yang diberikan olehNya.
6 Juni 2012, untuk pertama kalinya saya berlenggak-lenggok di atas panggung. Ketertarikan pada dunia catwalk sebenarnya memang ada. Makanya dengan mantap saya memakai batik Jambi memperkenalkan diri di atas pentas. Saya tidak terlalu ingat apa jawaban saya ketika saya menjawab pertanyaan yang saya pilih secara acak. Judul yang saya jelaskan adalah mengenai TKI. Semua berlangsung begitu saja. Tanpa jeda, saya terus unjuk kebolehan apa-apa saja yang saya ketahui.
Turut menjadi juara pertama sebagai pasangan duta saya adalah Dellon Kuswari. Mahasiswa program ekstensi Universitas Jambi. Usianya juga 23 tahun seperti saya. Banyak hal yang harus kami persiapkan di jenjang nasional nanti. Semoga beruntung!
Turut menjadi juara pertama sebagai pasangan duta saya adalah Dellon Kuswari. Mahasiswa program ekstensi Universitas Jambi. Usianya juga 23 tahun seperti saya. Banyak hal yang harus kami persiapkan di jenjang nasional nanti. Semoga beruntung!
Duta Bahasa Prov. Jambi 2012/ Meila Rosianika/ Dellon Kuswari |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar