welcome vigorously

I take some time to think, write and arrange all these with spirit and dedicate to you whose spirit!

You are looking for...

24.6.12

Bahasa Indonesia, Generasi Indonesia, Masa Depan Indonesia



Oleh: Meila Rosianika

Salah satu fungsi bahasa adalah komunikasi. Jika merujuk pada pengertian KBBI, bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer. Ya, bahasa yang merupakan suatu cara yang kita gunakan untuk menyampaikan pemikiran, perasaan, serta mengomunikasikan ide ke dalam bunyi-bunyi bahasa. Selain itu bahasa juga bersifat arbitrer, mana suka. Kaidah penggunaan bahasa dapat dikatakan fleksibel dan dapat melakukan penyesuaian pada konteks. Namun, mana suka di sini bukan dimaksudkan untuk ”Suka-suka saya saja”. Kita hidup dalam lingkungan dan kondisi yang dipenuhi aturan dan etika. Tentu saja, jika kita ingin bahasa kita dihargai, kita sendiri dulu yang harus mampu menghargai bahasa itu sendiri.

 Setiap individu dipisahkan oleh berbagai kepentingan, baik itu kepentingan pribadi maupun kelompok. Antara kepentingan satu orang tentu saja berbeda dengan kepentingan orang lain. Adakalanya kepentingan yang berbeda-beda itu memunculkan konflik, namun adakalanya juga kepentingan tersebut dapat saling mengisi dengan simbiosis mutualisme. Salah satu cara untuk mengetahui perbedaan dan persamaan antara kepentingan kita dengan kepentingan orang lain adalah dengan menggunakan bahasa. Dalam lingkup makro, bahasa Inggris -yang secara konvensional adalah bahasa internasional- dapat menyatukan satuan komunikasi individu dari berbagai negara. Begitu juga dalam ruang lingkup mikro, bahasa Indonesia sebagaimana tercantum dalam sumpah pemuda, telah menyatukan komunikasi antara beberapa orang dari berbagai daerah yang terpisah oleh kondisi geografis, adat istiadat, budaya dan lain sebagainya.

Dalam dunia pendidikan, harusnya menjadi hal yang wajar jika penguasaan bahasa seseorang dapat terlihat dari kemampuan berbahasanya. Aspek keterampilan berbahasa dibagi menjadi empat, yakni: berbicara, membaca, menulis dan menyimak. Sebuah asumsi penulis bahwa seseorang itu baru akan dikatakan memiliki kemampuan suatu bahasa jika memiliki empat kemampuan tersebut. Lalu bagaimana dengan bahasa Indonesia? Bahasa yang digaungkan sebagai pemersatu tumpah darah ini juga memiliki empat kemampuan yang menjadi ukuran atas penguasaannya. Dua macam kemampuan produktif seperti menulis dan berbicara, dan dua macam kemampuan reseptif seperti seperti menyimak dan membaca. Seseorang dikatakan mampu berbahasa Indonesia bukan hanya ketika mereka mampu berbicara dengan bahasa Indonesia. Tapi juga bagaimana mereka mampu menyimak dengan penguasaan intisari, fasih menggunakan berbagai jenis kemampuan membaca, mampu berbicara dengan pertimbangan etika dan estetika serta juga mampu mengomunikasikan pembicaraan dalam bahasa tulisan dengan mengatakan tidak pada plagiarisme.
Sekarang, mari kita lihat penguasaan keterampilan berbahasa ini di negara kita. Ricuhnya sidang anggota DPR dan kegagalan mengatasi perbedaan pendapat sampai dengan adu fisik di kalangan elite membuktikan rendahnya kemampuan menyimak. Ada masa dimana kita harus mampu ‘mendengar’ orang lain jika ingin suara kita didengar. Namun yang kerap terjadi adalah hujan interupsi terjun bebas. Seolah-olah ingin mengatakan bahwa pendapatnya lah yang paling baik. Tanpa kemampuan menyimak ini, tidak akan mungkin seseorang bisa menghargai perbedaan pendapat. Padahal, dalam komunikasi dua arah saja tidak akan mungkin terjadi jika keduanya sama-sama berbicara. Perlu ada yang menyimak, baik itu menyimak dalam makna semantik, atau dalam makna pragmatik dengan tolak ukur mampu menyimak “suara hati rakyat”. Belum lagi tidur masal dan kasus menonton video porno yang semakin mempertanyakan kemampuan menyimak pada bahasan sidang yang tengah berlangsung.

Lain lagi dengan kemampuan berbicara. Salah satu pertimbangan yang layak diperhitungkan adalah kemampuan bicara dengan etika dan estetika. Kemampuan berbicara kita masih kerap dibanjiri dengan stigma negatif tentang intervensi bahasa. Suatu hal yang sebenarnya perlu kita pahami adalah, cinta bukan alasan yang tepat untuk kita menutup diri. Mencintai bahasa Indonesia bukanlah alasan yang tepat untuk kita menutup diri terhadap penguasaan bahasa Indonesia. Sering kita jumpai saat seseorang mulai mempraktikkan bahasa asingnya, ia kerap dipandang negatif tidak mencintai bahasa Indonesia. Padahal sebenarnya, penguasaan bahasa asing dapat menjadi modal kita untuk dapat mengenalkan bahasa kita pada dunia internasional. Perkembangan bahasa gaul, dialek dan prokem juga perlu diawasi dan difilter sesuai kebutuhan dan penempatan. Intinya, jika sesuatu diletakkan pada tempatnya, kenapa tidak?

Kemampuan menulis kita juga sudah saatnya dievaluasi. Plagiarisme yang harusnya diberantas belakangan malah tumbuh serupa benih yang mungkin subur jika tanpa pakem dari rakyat. Indonesia Corruption Watch (ICW), Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia (PSHK) dan Indonesia Budget Centre (IBC) melaporkan investigasi bahwa yang hasil studi banding ke luar negeri anggota DPR adalah hasil copy-paste dari situs asing (www.id.berita.yahoo,8/5/2011).  Tulisan yang diduga hasil jiplak adalah hasil kunjungan Panitia Kerja RUU Kepamukraan ke Afrika Selatan dan studi banding etika parlemen ke Yunani. Belum lagi kurangnya minat menulis dan berkarya bagi pelajar dan mahasiswa. Padahal, menulis merupakan kegiatan berbagi ide dan pemikiran kritis kita terhadap suatu permasalahan melalui media tulisan. Seseorang yang gemar membaca, biasanya akan dengan mudah mengakumulasi kosakata yang diserap dari hasil bacaannya itu ke dalam bentuk tulisan. Kunci agar dapat lancar menulis adalah banyak-banyak membaca. Ketika kita membaca, kita masuk ke dalam sebuah dunia yang ada di dalam bacaan tersebut. Selain itu, membaca juga merupakan obat mujarab mengatasi lupa. Jika mulai dari sekarang, Indonesia mulai bisa membudayakan membaca sebagai kebutuhan seperti negara-negara berkembang seperti Jepang. Maka tidak menutup kemungkinan, kualitas penulisan kita akan semakin meningkat dan bertaraf. Kita juga boleh saja berharap akan dapat memili penulisan yang dapat digunakan oleh penutur asing memperlajari bahasa kita, bahasa Indonesia.

Tentu saja, kita punya banyak alasan untuk bangga memiliki bahasa Indoensia. Bangga dalam artian sebenarnya. Bukan membangga-banggakan dengan konsep berlebihan hingga antipati terhadap bahasa asing dan bahasa daerah. Contoh sederhana saja, kita tidak mungkin pergi ke pasar Angso Duo dengan bertanya, “Berpakah harga sayur ini satu kilo, Bu?”. Dari segi struktur memanga kalimat tada benar, tapi bahasa yang benar belum tentu baik jika tidak disesuaikan dengan konteks. Maka memang perlu kiranya kita berbahasa yang baik, tapi juga mengucapkannya di tempat yang benar dan sesuai. Alasan lain kita perlu bangga terhadap bahasa kita adalah fakta yang dikutip oleh Wikipedea adalah "Wikipedia Indonesia kini berada di peringkat 26 dari 250 Wikipedia berbahasa asing di dunia. Sedangkan di tingkat Asia kita berada di peringkat tiga, setelah Jepang dan Mandarin". Selain itu Bahasa Indonesia adalah bahasa ketiga yang paling banyak digunakan pada wordpress. Dikutip dari blog tersebut, "fakta bahwa setelah Spanyol, Bahasa Indonesia adalah Bahasa yang menempati urutan ketiga yang paling banyak digunakan dalam posting-posting WordPress. Indonesia pun adalah negara kedua terbesar di dunia yang pertumbuhannya paling cepat dalam penggunaan engine blog itu. Dalam 6 bulan terakhir tercatat 143.108 pengguna baru WordPress dari Indonesia dan telah ada 117.601.633 kunjungan melalui 40 kota di Indonesia".

Indonesia melahirkan generasi seperti kita untuk ditugaskan sebagai pengguna yang baik dan benar, menjaga dan terus belajar agar mampu mengenalkan bahasa ini ke dunia yang lebih luas. Bahasa Indonesia juga harus punya masa depan. Sebaik-baiknya masa depan adalah masa depan yang belajar dari masa lalu dan direncanakan dari masa sekarang. Saya, sebagai generasi muda ingin sekali menjadi bagian dari perencanaan dan duta yang mengenalkan bahasa kita ke ranah dunia namun tetap berpegang pada nuansa budaya lokal, bahasa Indonesia.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar