welcome vigorously

I take some time to think, write and arrange all these with spirit and dedicate to you whose spirit!

You are looking for...

18.12.09


Resensi buku

Judul : Marionette

Penulis : Morgan Martin

Penerbit : Grasindo

Harga : Rp. 32.800

Diterbitkan di Jakarta, 2009

There’s No Ending without Beginning

“Orang yang telah mati, masih tetap berbicara kepada kita…”

BEGITU juga dengan kisah horor yang ada dalam buku ini. Hmmm, kita di Indonesia emang udah sering dijejali dengan menu-menu yang bergenre horor. Baik itu dalam bentuk bacaan, film bahkan sinetron.

Kadang kalo kita pikir pake logika, seringkali jalan cerita dalam bentuk bacaan maupun film nggak sinkron dengan apa yang terjadi dalam dunia nyata. Tapi, apapun itu, kita patut berapresiasi terhadap imajinasi yang menciptakannya. Karena biar gimanapun seremnya, film ato bacaan horor at least bisa jadi hiburan kita di saat kita jenuh, yeah, sesuai dengan fungsi-nya.

Nah, di edisi kita kai ini, DeJe juga pengen eksis ngasih sahabat DeJe informasi seputar bacaan horor yang paling up to date dari gudang buku. Kali ini merupakan imajinasi dari Morgan Martin. Sedikit info nih guys, Marionette merupakan karya pertama dari Morgan Martin yang dibukukan, selaen menulis esai, prosa, puisi, lirik dan beragam cerita pendek psikologi dan filsafat merupakan dua bidang ilmu yang paling digemari Morgan Martin. Selain itu, ia juga suka musik, budaya, bahasa asing dan traveling. Morgan saat ini menetap di Bandung untuk bekerja sambil meneruskan studi di bidang ilmu yang dicintainya.

Setiap cerita yang dibangun di Marionette dijamin bakal sukses bikin kita yang baca pada merinding. Apalagi ketika memasuki cerita Jeritan Bunga-Bunga Liar. Pada bagian tersebut, ada sosok arwah wanita dengan rambut acak-acakan. Dia sering digambarkan muncul secara tiba-tiba. Cerita-cerita seperti itu asli ngebuat kita jadi parno. Jangan heran deh kalo lagi baca buku ini, kita jadi sering toleh kanan-kiri. Nggak tahu terbawa suasana atau gimana, rasa-rasanya jadi ngerasa ada bayangan yang lewat di sekitar kita. Kadang juga merasa sedang ada yang memperhatikan kita. Persis seperti yang digambarkan penulis dalam cerita Lukisan Hitam. Hihihi…

”Aku akan menceritakan kepadamu sebuah kisah tentang seorang gadis yang cantik. Gadis yang tersesat dalam dunianya.”

”Mengapa ia tersesat?” tanyanya bingung.

”Ia seperti bayangan, bisa berada di mana saja, mengikuti terang, juga mengikuti gelap…,” tuturku sambil menerawang jauh ke pemandangan luar jendelaku.

Angin bertiup dingin dari celah gorden yang kacanya sengaja kubiarkan terbuka. Salju-salju putih itu turun beterbangan dengan lentur dari langit kelam malam itu. Serpihan-serpihan kristalnya terlihat menyala-nyala di sekitar pondok kayu kecilku di tengah hutan. …”

Nah, itu tadi salah satu kutipannya guys, kebayang kan seremnya?! Kayak yang DeJe udah bilang, Novel Marionette memang menyuguhkan kisah mistis. Tiap cerita mengambil sudut pandang berbeda dengan tokoh utama yang berbeda pula. Tapi tetep yang menjadi benang merah adalah sosok Marionette Minnezko.

Tokoh misterius itu selalu ada untuk memperingatkan mereka yang akan mendekati ajal. Hmmm, kira-kira bisa nggak ya dibayangin kalo sosok seperti itu ada di dunia nyata. The rel world! Terutama orang yang bisa melihat datangnya kematian seperti Marionette. Dia pasti bakal bingung kalau tiba-tiba diberi tahu akan mendekati ajal.

Hayo coba tebak, kita bakal sedih ato seneng ketika dikasih tahu udah mendekati ajal? Di satu sisi, kita bisa persiapin diri sebelum bener-bener dijemput sang malaikat maut. Tapi di sisi lain, tetep aja kan, kematian itu menyeramkan! Yang pasti kita bakal ketakutan.

Coba bayangin, tiba-tiba didatangin sama orang berbaju serba hitam yang memperingatkan kalau ajal kita sudah dekat. Bakal sulit banget buat percaya. Di dalam cerita, banyak digambarin kalo temen-temen Marionette Minezko menganggap kalau Marionette itu sosok yang aneh. Nggak heran sih! Kita di dunia nyata aja pasti juga akan berpendapat begitu, melihat sosok misterius Marionette. Yang paling disayangkan ada kisah dimana berisi kejadian Lucretia yang membunuh saudara kembarnya cuma gara-gara iri. Padahal, sebenarnya tanpa dia tahu, Lecitia sayang banget sama saudara kembarnya itu. Setelah tahu kenyataan yang sebenarnya, pasti Lucretia menyesal setengah mati. Kita jadi diajarin berpikir bahwa sebenarnya orang-orang yang paling kita sayangi itu adalah yang paling mudah untuk kita sakiti. Jadi, harus hati-hati.

Percaya nggak percaya, yang pasti bahwa cerita tersebut murni fiksi dan nggak mungkin terjadi. Sangat nggak mungkin ada orang yang tahu kematian seseorang yang lain. Semua itu adalah rahasia Sang Pencipta. Lagi pula, pasti bikin rusuh seandaianya ada yang punya kemampuan seperti itu. Cerita Marionette memang berbalut kesuraman. Namun, ada beberapa pesan moral yang ternyata ditangkap. Di antaranya, kisah Topeng Perak yang menceritakan arti persaudaraan.

Kalian pernah denger soal bloodstone?. Nah di buku ini bukan cuma nyajiin fiktif, tapi juga ada horor yang sedikit berbau fakta. Diantaranya seputar perhiasan mulia yang menjadi legenda ketika dimiliki oleh gadis keturunan bangsawan pada tahun 60-an yang bernama Elvira Tourqueva. Bintang fenomenal yang menciptakan berbagai kontroversi. Beberapa kolektor maupun pemakai bloodstone berdarah Gemini setelahnya selalu tewas mengenaskan! Dan korbannya selalu wanita. Dijadikan perhiasan langka karena batu jenis mineral ‘supercomposite’ itu dipercaya membawa kutukan.

Bloodstone merupakan batu kutukan yang menghisap energi pemakainya, melahirkan keburukan, dan masih banyak absurd lainnya. Kita cerita dikit ya seputar Elvira. Elvira dan kekasihnya, Phaeton Zuligar, menghilang dari pemberitaan media di awal tahun 70-an setuntas melakukan perjalanan ke Dominika, seolah musnah begitu saja. Beberapa mengatakan Elvira menjelma di dalam batu itu. Lenyapnya pasangan kekasih itu menimbulkan tanda tanya di media. Terlebih ketika Bloodstone ditemukan dalam kotak perhiasan Elvira di kediamannya. Perhiasan itu selalu disimpan di museum, namun selalu saja ada oknum-oknum yang ingin memperjualbelikan demi kepentingan mereka pribadi. Hingga dari tangan ke tangan, korban terus berjatuhan!.

Batu itu bisa ditemukan di Australia, Brazil, dan India. Diprediksi sudah ada pada zaman Carboniferous dan Pleistocene. Bloodstone sesungguhnya tidak “seburuk” seperti tanggapan beberapa khalayak, hanya saja batu itu akan menjadi sensitif bila dimanfaatkan untuk kepentingan negatif terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan dunia kedua karena dinilai mampu menjaga dan menjadi media perantara yang suci atau sakral dalam kaitannya dengan hal-hal gaib tersebut. Dalam mitos Yunani, batu itu disebut penambah kekuatan supranatural.

Bloodstone pun turut digunakan dalam peradaban Mesir dan Dominika. Lawan Bloodstone adalah Moonstone, batu yang diyakini umat Sri Lanka sebagai penolak bala’, disebut juga sebagai “Selenite” yang diambil dari nama “Selene”, seorang dewi penjaga bulan dalam mitos Yunani. Batu ini popular pada era “Art Nouveau”.

Tuh kan! Kita emang diajak ngolah fakta dalam imajinasi deh di cerita buku ini.

Keunggulan lain di dalam cerita Marrionette kita juga bisa nemuin syair-syair mistis yang keren. Diantaranya simak deh yang satu ini :

I’ve tired to be so perfect

Find the ending of my life, agains you

Watch your move, shades of your shadows,

‘Till I find the ending of my story

You’ve said, “Stop pretending to be perfect,

Go find your own life, without me”

But I couldn’t, don’t keep a distance (from me)

‘Till I get own story like you

(mei)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar