welcome vigorously

I take some time to think, write and arrange all these with spirit and dedicate to you whose spirit!

You are looking for...

18.12.09


… Karena tak ada kekuatan lain selain kekuatan Tuhan…

Yap, bener banget! Seperti biasa, DeJe udah pilihin salah satu buku yang kali ini bakal DeJe hadirin dihadapan kamu semua. Gak Cuma itu, DeJe juga ketengahin nih beberapa pendapat dari para bookclub kita edisi minggu ini. They are : Vian, Lia dan Lussy. Siang itu terjadi perdebatan cukup alot nih dalam suasana para bookclub kita waktu ngebahas novel yang diberi judul Frankenstein Or the Modern Prometheus. Pembukaan cerita dimulai dengan surat-menyurat antara R Walton, seorang ilmuwan yang pada awal abad ke-18 menjelajah Kutub Utara dengan adiknya Mrs Saville. Dalam keterasingannya di ujung benua beku, R Walton bertemu dengan manusia yang nyaris mati membeku terapung dalam sebuah kereta es. “Jadi bisa dibilang kisah ini tuh cerita dalam cerita gitu” ujar Vian mengawali penuturannya seputar Novel.

Nggak mau kalah, Lia pun menuturkan pendapatnya tentang novel. Mahasiswi semester VII ini mengaku kalo novel terjemahan Frankenstein punya kekuatan pada setting. “kalo di Frankenstein, kita seolah emang berjalan-jalan mulai dari Jerman, Amerika, sampe-sampe kita diajak ke tengah hutan rimba dan kutub-kutub bersalju” ujar Lia pada DeJe. Tampak sedikit kontras, Lussy mengetengahkan novel init uh dari sudut pandang yang sedikit kemanusiaan. “Sepinter-pintarnya manusia nyiptain manusia, pasti nggak sesempurna yang Maha Kuasa!!” tutur cewe yang masih berstatus pelajar SMA N 6 Jambi ini.

Tekhnik pengisahan diawali dengan penjelajahan R Walton dalam usahanya mencari dan menemukan ilmu pengetahuan tentang kutub utara, mungkin boleh jadi Shelley terilusi gejolak ilmuwan pada sebuah periode tertentu. Dalam alur dikisahkan jarak yang memisahkan belahan dunia paling utara - yang beku berselimutkan salju abadi - dengan Inggris yang hiruk-pikuk tidak membuat komunikasi kakak-beradik ini putus. Dari penuturan R Walton inilah aksi dendam membara antara Frankenstein (manusia yang hampir mati beku itu) dengan makhluk berwajah buruk ciptaannya bergulir. Nggak tahu sengaja ato enggak, sang penulis emang terkesan telah terjebak dalam cerita berbingkai ala sastra Melayu kuno. Artinya si tokoh bercerita tentang tokoh lain di mana tokoh lain ini juga punya cerita, tetapi ungkapan emosional seperti marah, gembira, putus asa, semangat jiwa, dendam membara, dan segala permainan rasa menemukan bentuknya yang paling menawan, yakni bahasa yang teramat puitis.

Victor Frankenstein, demikian nama lengkap tokoh utama cerita, adalah tipe seorang anak muda yang cerdas dan ambisius, yang rasa hausnya akan ilmu pengetahuan tidak pernah terpuaskan. Semenjak kanak-kanak Victor kecil sudah gemar mengamati gejala-gejala alam. Petir yang menyambar-nyambar menghanguskan pohon eik, perubahan siang-malam, pergantian musim, dan rahasia-rahasia alam yang menakjubkan adalah pemandangan sehari-hari. Terus dalam perjalanan hidupnya, Frankenstein terjerumus dan terpenjara oleh ajaran-ajaran ilmuwan-ilmuwan purba dewa pujaannya, yakni Cornelius Agrippa (1486-1535), Paracelcus (1493-1541). Pada usia 17 tahun, Frankenstein harus meninggalkan kotanya dan saudara-saudaranya untuk menuntut ilmu di Ingolstadt. Kemalangan menimpanya sejak awal perjalanan menuju kota pusat ilmu pengetahuan itu, yakni dengan kematian ibunda tercinta. "Anak-anakku, harapan terbesarku untuk memperoleh kebahagiaan di masa mendatang terletak pada ikatan antara kalian berdua," pesan ibunya sebelum meninggal seraya mempersatukan tangan Frankenstein dengan Elizabeth Lavenza, "saudara sepupu" yang kelak bakal menjadi calon istrinya.

Frankenstein sempet dicela oleh salah seorang pembimbingnya di Universitas, yang kemudian memicu Frankenstein untuk menciptakan manusi. Nih kutipannya,

"Setiap waktumu kau gunakan untuk mengisi otakmu dengan teori-teori sesat. Ya Tuhan, di gurun pasir mana kau tinggal, sehingga tak ada seorang pun yang bisa memberimu nasihat? Tuan Frankenstein yang terhormat, kau harus belajar dari permulaan lagi!" Bagai petir menyambar, Frankenstein amat geram atas pelecehan profesornya.

Kira-kira bener nggak ya kalo makhluk ciptaan Frankenstein itu makhluk yang jahat? Bertentangan dengan penilaian sementara orang, makhluk ciptaan Frankenstein ini justru makhluk yang lembut dan selalu ingin berteman. Makhluk ini ditolak lingkungannya karena bentuk tubuhnya yang tidak proporsional. Ia terusir karena manusia tidak pernah menerima dan mencintainya. Ia adalah potret "manusia" yang tercabik-cabik, yang merasa hanya orang buta totallah yang dapat menerima keberadaannya. Nah terkait adegan favorit diakui Lussy secara gamblang bahwasanya dia nggak punya adegan favorit. “Jalan ceritanya dari awal emang kelihatan pengen nentang ciptaan Tuhan, jadi jujur, aku nggak punya adegan favorit”. Vian ingin lebih sedikit objektif, adegan favoritnya pada saat Frankenstein menolak mengabulkan keinginan makhluk ciptaannya untuk menciptakan makhluk baru yang berlawanan jenis. “disitu tuh keliatan ketegasan Frankenstein, walopun dia harus ngorbanin nyawa nya dan nyawa orang-orang yang disayanginya, disitu kita bisa ambil hikmah yang besar dari adeghan ini” tuturnya. Sementara Lia punya kisah tersendiri seputar adegan favorit, ia mengungkapkan “Adegan yang ku suka waktu makhluk ciptaan Frankenstein mengembara ketengah hutan mencari hakikat kehidupan, dia tuh tinggal di dalem kandang untuk tahu apa sih arti kehidupan oleh seorang keluarga kecil ditengah hutan”. Namun, Lia menyayangkan penolakan para manusia terhadap makhluk ciptaan Frankenstein yang menyebabkan dia harus memusuhi para manusia.

Gimana dengan kamu?! (Mei)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar